About us

LightBlog

[Review Buku]: Xenoglosofilia: Kenapa Harus Nginggris – Oleh Ivan Lanin


Judul Buku           : Xenoglosofilia: Kenapa Harus Nginggris
Penulis                   : Ivan Lanin
Tahun Terbit         : Juni 2018
Penerbit                 : Penerbit Buku Kompas
Jumlah Halaman  : xvii + 214 halaman
Ukuran                  : 13 cm x 19 cm
ISBN                      : 978-602-412-412-0
Harga buku          : Rp. 65.000

Cover Xenoglosofilia: Kenapa Harus Nginggris - Ivan Lanin

Gambaran Singkat Buku
Buku yang digarap oleh seorang Wikipediawan Bahasa Indonesia ini memilih warna yang cukup nyentrik untuk covernya. Warna jingga dengan tata letak judul yang cukup nyentrik pula memberikan buku ini kesan ‘mengajak’ untuk dibuka halaman tiap halamannya. Dengan ukuran 13 cm x 19 cm, buku ini mudah digenggam dan ringan. Sangat sesuai untuk dijadikan buku saku atau buku panduan ketika akan menulis, atau dibaca dalam perjalanan di dalam bis. Buku ini juga dilengkapi dengan pembatas antar bagian subtopik tertentu, sehingga kamu bisa menjeda proses membacamu di titik-titik yang tepat buat otak istirahat sambil melahap ilmu kebahasaan baru.
 Buku ini tuh terdiri dari tiga bab utama, yang kesemuanya bakal bikin kamu-kamu ini mulai ketularan untuk coba nyisipin bahasa Indonesia yang enggak kalah keren dibanding bahasa serapan dan bahasa Inggris. Semuanya semata-mata hanya agar Bahasa Indonesia ini bisa benar-benar lestari dan lebih mengakar di benak para penuturnya.


Ringkasan Isi Buku
Beralih ke ringkasan isi buku Xenoglosofilia: Kenapa harus nginggris karangan Ivan Lanin. Xenoglosofilia sendiri menurut beritagar.id adalah kecenderungan menggunakan kata-kata yang aneh atau asing terutama dengan cara yang tidak wajar, contohnya, langsung menyerap dari bagaimana kata tersebut diucapkan. naah, kebiasaan kita banget kan buat asal comot kata asing biar terkesan lebih keren? contoh kecil aja deh, menggunakan kata link daripada kata pranala. Emang kedenger aneh untuk pertama kali, tapi itulah yang akan dikupas dengan menarik dan tidak membosankan oleh buku kecil ini.
 
Pada Bab pertama dari buku ini yang diberi tajuk Xenoglosofilia, membahas tentang beberapa kata-kata yang sudah hampir mendarah daging bagi kita. Yap, kata-kata seperti Bill, Mouse, Email, Gadget, Widget, dan masih banyak lagi bakal dikupas habis sama Uda Ivan Lanin. Selaras dengan melestarikan bahasa Indonesia, Ivan Lanin di sini mengungkapkan beberapa usulan kata bahasa Indonesia (yang sebagian besar di antaranya sudah resmi dan sesuai dengan KBBI) untuk menggantikan kata-kata dengan bahasa serapan tersebut.

Pada bab kedua, kalian bakal disuguhkan dengan berbagai Tanja (Tanya – Jawab) untuk beberapa polemik pilihan bahasa yang mungkin kita masih bingung yang mana yang benar. Beberapa hal seperti kontroversi dari pemakaian kata di dan pada, hukum DM, cara menulis rupiah yang benar (cocok banget buat kamu yang berkutat di bidang keuangan), hingga perbedaan bundar dan bulat. Fyuh, akhirnya setelah tahu jawaban dari perbedaan kedua kata itu, kita bisa tidur dengan tenang.

Pada bab terakhir buku ini, kalian bakal merasa lebih recharged * nah lo kumat xenoglosofilianya* tentang penggunaan bahasa Indonesia. Semua itu karena pada bab terakhir ini, buku ini bakal mengulas tentang Manakah Bentuk yang Tepat. Nah, suka tuh aku perhatikan beberapa orang masih saja keliru menuliskan kata di-. Misalnya penulisan di yang dirangkai dan dipisah pada kata depan. Memang simpel sesimpel pelajaran anak kelas tiga sekolah dasar, tapi bahkan rekan kerjaku pun bedain ini susah, nulis di Jakarta, dan dimana masih suka tertukar.
Nah, dengan pembahasan di Bab terakhir buku ini, kamu bakal lebih berwawasan lagi tentang manakah bentuk penggunaan yang tepat dan berterima buat semua orang di Indonesia ini loh.

Plus vs Minus
Tiba saatnya kita bahas Plus vs. Minus Buku karangan Pendiri Lingua Bahasa ini.

Dari sisi kelebihannya, kamu gak bakal dibuat bingung dengan pembahasan yang terkesan serius di sini. *Seriusan? Iya bener.
Pembahasan di buku ini itu sangat ringan dan pembawaannya easy-going bikin kita yang baca mengalir begitu saja. Pembahasan pun gak dibikin panjang (malah terkadang satu subtopik, hanya satu halaman saja) Jadi dijamin, kalian bisa mencerna apa yang ingin disampaikan penulis, tanpa harus membuat otak bekerja keras mencerna bahasanya. Seakan-akan, kita lagi dijelaskan sama teman kita sendiri.
Itulah kenapa sebagai buku referensi (non fiksi) buku ini best banget buat kalian miliki. Terutama buat kita-kita yang ikut aliran ingin eksis wal gaul. Ternyata, bahasa Indonesia itu keren, jadi kenapa harus nginggris?

 Satu-satunya kekurangan dari buku ini *menurut aku ya, cuma pembahasan yang sengaja tidak dibuat mendetail karena *menurut aku lagi, penulis ingin meringkas seringkas-ringkasnya pembahasan agar mudah dimengerti oleh orang awam. Oh iya, mungkin juga karena absennya gagasan-gagasan konkret pendukung saja sih, tapi kembali lagi pada genre buku ini, bagi aku semua masih sah-sah saja dan dalam batas wajar

Recommended nggak nih?
Jadi, buku ini recommended nggak? Tentu saja sangat recommended dong! Bagi kamu yang menyukai sastra, atau sedang belajar sastra Indonesia, peminat bahasa, linguis, atau sebutan lain yang menandakan bahwa kamu menunjukkan kepedulian tinggi terhadap bahasa tanah air ini, buku ini wajib banget kamu baca. Selain itu, kamu enggak bakal bingung karena bahasanya yang bener-bener friendly layaknya dijelasin oleh teman sebaya. Apalagi, penulisnya seorang Wikipediawan Bahasa Indonesia, gak perlu khawatir lagi dong untuk keabsahan dari pemikiran-pemikirannya? Jadi, kenapa harus nunggu lagi, yuk segera baca bukunya!

Sekian dulu review kali ini, memang karya dari Ivan Lanin ini tergolong sangat baru, sehingga kita dari pembacanya sangat berharap bakal ada buku xenoglosofilia edisi kedua yang merupakan kelanjutan dari buku ini. Yah, semoga aja nanti segera direalisasikan deh oleh Uda Ivan Lanin. Terima kasih bagi yang sudah baca review buku ini. See you in the next review :D

No comments:

Post a Comment